Rabu, 10 Desember 2008

Pahami Papa? Pahami Mama?


Oleh: Hingdranata Nikolay

Orang tua setengah mati bergulat dengan anaknya yang menurut mereka harus memahami mereka.  Orang tua frustrasi berpikir kenapa anak mereka tidak kunjung bisa mengerti mereka.  Beberapa orang tua malah menganggap anak mereka sebagai anak yang tidak berguna, nakal, tidak pengertian, dan lain-lain, karena berkali-kali diminta untuk memahami orang tua, anak mereka dianggap tidak kunjung melakukannya.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Ini sebuah pesan singkat hari ini: ANAK-ANAK TIDAK PERNAH MENJADI ORANG TUA!  Karena mereka tidak pernah menjadi orang tua, PETA REALITA dan MODEL DUNIA mereka tidak pernah me-register memory atau pengetahuan bagaimana menjadi orang tua.  Silly untuk berpikir bahwa mereka seharusnya sudah punya gambaran ini di PETA mereka, karena itu mereka wajib memahami orang tua.  Kalau tidak ada di PETA REALITA mereka, bagaimana mereka menemukannya di PETA tersebut saat orang tua memarahi mereka karena mereka dianggap tidak memahami?  Mereka malah heran dan bertanya-tanya apa salah mereka.  Saya tidak menemukan kota Jakarta di PETA Sumatera, dan saya dimarahi karena tidak bisa menemukannya?

Bedanya, orang tua pernah menjadi anak-anak.  Orang tua sudah punya PETA REALITA dan MODEL DUNIA anak-anak, walau tentu di setiap jaman ada penambahan dan modifikasi berdasarkan PILIHAN yang tersedia di jaman tersebut.  Jadi advantage seharusnya ada di tangan orang tua.  Orang tualah yang harus memahami bagaimana anak-anak ini bersikap dan apa isi PETA REALITA mereka!

Orang tua dan para sahabat I2, anak-anak menyayangi kita.  Mereka menyayangi dari sisi anak-anak.  Mereka tidak memandang kita dari sisi pandang orang tua.  Mereka mendengarkan kita, melihat kita, merasakan apapun, dari PETA REALITA dan MODEL DUNIA anak-anak.  Keletihan kerja tidak ada di PETA mereka.  Stress menghadapi kegagalan di pekerjaan tidak ada di PETA mereka.  Dimarahi bos tidak ada di PETA mereka.  Frustrasi menghadapi rumitnya pekerjaan tidak ada di PETA mereka.  Mereka hanya datang dengan PETA bersih: saya ingin papa lihat coretan saya. Saya ingin mama lihat saya bermain dengan senyum.  Saya ingin papa main bersama saya.  Saya ingin mama membacakan saya cerita ini.

Karena ada orang tua, saat anaknya mengajak bermain, yang didengar dalam pikiran orang tua setelah sang anak mengajak bermain adalah sang anak berkata, "Saya tidak peduli papa sedang capek dan stress bekerja, pokoknya papa harus main bersama saya!".   Padahal sang anak hanya 'mengajak bermain'!  Mereka tidak memahami kita saat sedang capek dan butuh waktu untuk tidak diganggu?  Betul sekali.  Mereka tidak paham.  Mereka tidak pernah merasa capek setelah bekerja.  Mereka belum pernah harus berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan rumit.  Mereka belum tahu bagaimana rasanya menghadapi situasi tersebut.   Mereka tidak paham.

So, saat Anda mau berucap: "Pahamai Papa!" atau "Pahami Mama!", pertimbangkanlah bahwa mereka tidak paham.  Karena itu tidak perlu marah saat mereka tetap maksa.  Kita boleh menegur dan menjelaskan isi PETA kita dengan berbagai analogi yang sesuai PETA mereka, mengenai apa itu keletihan kerja.  Kita boleh saja bertanya apakah setelah seharian bermain dan saat mereka ingin istirahat dan kita mengajak mereka bermain, apakah kita mengganggu mereka atau tidak, mereka kesal atau tidak.  Dan sejenisnya.  Isi PETA mereka dengan berbagai analogi yang melengkapi dan memperkaya PETA mereka.  Bukan memarahi mereka karena isi PETA mereka tidak sesuai dengan PETA orang tua!  Mereka hanyalah anak-anak dengan PETA mereka.

HAPPY PARENTING!

Have a positive day!

 
Fajar B (1.7, Bio1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar