Senin, 26 Januari 2009

Reuni

Kembali ke lorong itu….

Terlepas apa pun situasinya, pengalaman berkumpul dengan teman lama memberikan nuansa tersendiri

dalam perjalanan hidup ini.

Keinginan batin terdalam setiap insan adalah bersahabat.

Kerinduan jiwa terbesar setiap manusia adalah saling berbagi, bercerita, dan memperhatikan.

 

Ada pepatah: mencari 1000 musuh itu sangat mudah,

namun mencari dan memelihara 1 sahabat luar biasa susahnya.

Mungkin  itulah harapan, bersahabat dengan semua orang yang pernah berinteraksi dengan kita.

 

Bertutur tentang masa lalu yang telah lama silam.

Bertutur tentang keceriaan maupun tragedi-tragedi yang telah terjadi, dan kini tenggelam dalam waktu.

Kita, ratusan sosok yang telah dimakan usia, mengenang kembali masa-masa SMA dulu.

 Reuni. Waktu terasa melaju cepat. Namun betapa lamanya.

Sebagian besar dari kami telah dua puluh tahun tak pernah lagi bersua semenjak lulus.

 

Maka mengenang kembali masa lalu seakan mengenang kembali segala kejadian yang dulu pernah mengusik kita.

Pertentangan antara teman sekelas, kemarahan dan rasa dengki, kemanakah semua itu?

Bukankah sekarang, setelah lewatnya waktu, segalanya seakan menjadi indah semata?

Bukankah kegusaran dan rasa sakit hati dulu, kini terasa lucu dan sia-sia saja?

Bahkan terasa ingin diulang kembali?

 

Karena itu orang bijak berkata kepada kita: Janganlah kuatir akan dirimu,

akan apa yang hendak kita makan atau minum,

 dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu,

akan apa yang hendak kita pakai atau apa yg kita kendarai.

Bukankah hidup itu lebih penting dari makanan, pakaian atau kendaraan?”

Ya, bukankah hidup ini ternyata jauh lebih panjang dan indah daripada sekedar hanya mengikuti perasaan sesaat saja?

Dan seseorang manakah yang mampu terus menerus mengisi hidupnya dengan perasaan sakit hati pada peristiwa yang hanya sepenggal waktu yang singkat saja?

Karena jika demikian, sia-sialah kehidupannya. Sejarah telah mengajarkan kepada kita, betapa banyaknya penderitaan dalam hidup ini.

Tetapi sejarah pula yang telah mengajarkan kita bahwa penderitaan itu tidaklah abadi.

Tiada yg abadi kecuali Sang Pencipta Sendiri. Itulah kesadaran pokok yang harus kita terima.

 

Kembali  ke lorong itu, aku melihat wajah-wajah yang ceria.

Dan juga sosok-sosok yang dulu bermusuhan, bersaing dalam segala hal,

kini saling bergurau dan menertawakan masa lalu.

Indah. Damai. Kenangan yang ingin dikembalikan.

Apakah dulu mereka merasakan hal yang sama?

Pernahkah dulu kami memikirkan bahwa pertengkaran di masa-masa itu sesungguhnya tidak ada artinya sama sekali? Saya kira tidak.

 

Maka reuni menjadi indah saat kita sadar betapa lucunya kejadian-kejadian masa lampau.

Bahkan yang paling pahit sekali pun.

Reuni menjadi indah karena kita ternyata pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalin persahabatan dan persaudaraan demi untuk kepentingan pribadi dan emosi sesaat saja.

Dan reuni pun kini menjadi suatu perekatan baru dalam jiwa yang jauh lebih matang dari pada masa remaja yang penuh gejolak itu.

Ternyata, rasa sakit dulu tidak berarti sama sekali. Atau malah, mungkin menjadi bermakna karena, kelak, saat kita kenang kembali, akan menjadi suatu pegangan baru dalam kehidupan kita.

Semoga kita semua dapat belajar dari sana....

 

Kembali ke lorong itu…..

 

Fajar B

1.7, Bio1

 

1 komentar:

  1. puitis amat, ngaduk perasaan tau, tapi gw suka, n ternyata lu masih tetap FAJAR

    BalasHapus