Jumat, 23 Januari 2009

HUJAN


Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor
anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. "Bu,
apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba
gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat
lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan
pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda
baik." jelas induk katak sambil terus membelai.
Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.
Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai
kering yang berserakan mulai berterbangan.
Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin.
Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si
katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang
kita tunggu-tunggu? " tanya si anak katak sambil
bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak
terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau
yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu
menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar.
Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana
begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak
lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul
dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga
gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!"
ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai.
"Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita
tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi
tanda-tanda yang tampak menakutkan itu.
Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,"
ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh
induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit
yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan
sambaran petir yang begitu menyilaukan.
Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"
**

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang
tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan
tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh
dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.

Persis seperti anak katak yang takut cuma karena
langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan
kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan
takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan,
sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang.

Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

( Tafakur – Eramuslim )

Fetty (Sos3)
-----------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar